Banyak orang tua baru yang melakukan
kesalahan-kesalahan dalam perencanaan keuangan keluarga. Baca tulisan di bawah
untuk menghindarkan keluarga Anda dari permasalahan finansial.
Saat Anda baru saja memiliki momongan dan hari-hari Anda dipenuhi dengan
kesibukan mengisi botol susu, mengganti diaper, dan malam-malam panjang
melelahkan tanpa tidur karena si kecil kerap terbangun, adalah mudah untuk
mengesampingkan berbagai hal yang sebenarnya krusial dalam hidup. Apalagi jika
hal yang dimaksud sangat membosankan seperti: merencanakan keuangan keluarga.
Karena itu para orang tua baru sering kali melakukan kesalahan dalam mengelola
keuangan mereka, justru pada masa paling penting dalam rumah tangga (karena
kehadiran anggota keluarga baru). Kabar baiknya: Sebenarnya, cukup dengan
sedikit perhatian dan perencanaan yang tepat, Anda bisa menghindarkan diri dari
berbagai kesalahan finansial.
Kesalahan # 1
Tidak Memiliki Asuransi Jiwa yang Tepat
Mungkin Anda sudah menyadari pentingnya memiliki asuransi jiwa sebagai
jaring pengaman bagi anak seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan. (Jika
Anda belum menyadarinya, kini Anda tahu: Segera daftarkan asuransi jiwa Anda!)
Tapi kadangkala, bahkan orang tua yang sudah mendaftarkan diri mengikuti
asuransi jiwa tidak mendapatkan perlindungan yang maksimal. “Banyak orang yang
tidak mendapatkan klaim yang pantas,” ujar Tim Wyman, financial planner di
Southfield, Michigan. “Mereka tidak menyadari berapa nilai klaim yang pantas
agar keluarga dapat tetap bertahan hidup dengan normal jika kepala keluarga
sebagai sumber pendapatan meninggal dunia.”
Nilai yang pantas adalah mendapatkan
tujuh hingga sepuluh kali lipat dari pendapatan kotor per tahun saat anak-anak
masih berusia muda. (Jika seandainya Anda memiliki penghasilan Rp. 60
juta per tahun, Anda seharusnya diasuransikan sebesar Rp. 420 juta hingga Rp.
600 juta.) Bahkan para orang tua yang bekerja dari rumah juga sebaiknya
memiliki asuransi jiwa: Keluarga Anda juga pasti tetap membutuhkan biaya untuk
perawatan anak dan berbagai keperluan lain seperti biaya pendidikan jika
terjadi sesuatu pada Anda. Kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda, jadi
berkonsultasilah dulu dengan konsultan keuangan. Jika Anda gemar surfing di internet, coba
kunjungi situs insweb.com/learning center. Di situs ini, Anda
bisa mengkalkulasikan nilai asuransi jiwa yang sepantasnya Anda dapatkan.
Kebanyakan konsultan keuangan akan menyarankan Anda untuk memilih “asuransi
jiwa berjangka”, polis ini memiliki premi yang harus Anda bayarkan dalam jangka
waktu tertentu (misalnya 20 tahun). Anda tidak disarankan untuk memilih
“asuransi jiwa seumur hidup” atau “asuransi permanen” dimana keluarga Anda
hanya akan dilindungi oleh asuransi selama Anda terus membayar preminya.
Biasanya, polis permanen-lah yang dianggap sebagai investasi yang paling baik,
meski kenyataannya tidak demikian. Banyak orang beranggapan bahwa membayar
premi asuransi dengan nilai kecil dan stabil seumur hidup, lebih baik daripada
membayar premi dengan jumlah yang lebih besar dalam jangka waktu tertentu.
“Sebenarnya tidak demikian,” ujar Wyman. “Yang justru lebih penting adalah Anda
sudah berhasil memiliki jumlah uang yang cukup besar saat anak-anak masih kecil
dan belum lepas dari tanggung jawab Anda.”
Penting juga untuk Anda ketahui :
√ Membeli asuransi jiwa untuk anak Anda yang masih bayi. Asuransi ini
memiliki premi yang sangat kecil. Tapi seandainya anak Anda bukan seorang
bintang sinetron terkenal, ia tidak membutuhkannya. Tujuan utama asuransi
adalah untuk menggantikan sumber pendapatan yang hilang seandainya terjadi
sesuatu. Kebanyakan bayi tidak memiliki pekerjaan.
√ Asuransi Anda tidak memberi perlindungan terhadap risiko cacat
tubuh. Jika Anda pekerja kantoran, tanyakan pada perusahaan seberapa besar dari
pendapatan Anda yang dapat Anda klaim jika terjadi kecelakaan yang
mengakibatkan cacat tubuh: seringkali perusahaan hanya bisa memberi kompensasi
sebesar 60 sampai 70 persen dari penghasilan Anda. Jika nominal tersebut tidak
mencukupi untuk biaya kebutuhan hidup sehari-hari, Anda bisa mengajukan polis
asuransi cacat yang dikeluarkan oleh swasta.
Kesalahan # 2
Menunda Untuk Mulai Menabung Dana Pensiun
Dengan semua perhatian yang tercurahkan pada si kecil, sangat mudah untuk
melupakan kebutuhan bagi Anda sendiri. Banyak orang tua baru yang justru
berhenti menabung untuk dana pensiun mereka supaya bisa mulai membuka dana
pendidikan untuk kuliah si kecil. Ini adalah kesalahan yang sangat serius. “Ada
banyak program dana pendidikan dan pinjaman dari bank yang bisa Anda ambil
untuk membantu membiayai kuliah anak, tapi tidak ada program peminjaman untuk
orang-orang yang memasuki masa pensiun,” ujar Katrina Miller, financial planner
di Golden, Colorado.
Kunci dari memiliki dana pensiun yang cukup, berhubungan erat dengan
seberapa lama Anda mulai menabung. Semakin lama Anda berinvestasi, semakin
besar hasil yang Anda akan terima. Karena itulah, jika Anda berhenti menabung
dana pensiun, Anda berisiko membahayakan masa depan keuangan keluarga. Meskipun
keuangan Anda sedang ketat, Anda harus tetap berusaha menyisihkan sebagian uang
untuk dana pensiun kelak. (Idealnya, orang tua baru harus bisa menyisihkan
minimal 10 persen dari pendapatan total keluarga setiap bulan.)
Selain hal tersebut, Anda pun perlu menyisihkan pendapatan bulanan
untuk dana pensiun, coba mulai menyisihkan sebagian lagi untuk dana pendidikan
anak, meski hanya Rp. 100.000 per bulan. Lebih cepat lebih baik: jika Anda baru
mulai menyisihkan uang saat si kecil sudah berusia 5 tahun daripada saat ia
baru lahir, Anda harus menyimpan 75 persen lebih banyak untuk mendapatkan
jumlah nominal yang sama besarnya saat anak berusia 18 tahun. Jika Anda ingin
tahu lebih banyak seputar merancang biaya pendidikan bagi anak, coba kunjungi
websitesavingforcollege.com.
Kesalahan # 3
Tidak Berfikir Untuk Membuat Surat Wasiat
Tidak ada orang yang ingin lama-lama berfikir tentang kematian, apalagi
jika Anda punya anak yang masih kecil dan masih menggantungkan hidupnya pada
Anda. Tapi jika Anda tidak membuat surat wasit dan dana perwalian bagi anak,
kemungkinan besar si kecil akan terlantar secara finansial dan emosional jika
Anda tiba-tiba meninggal dunia.
Jika perusahaan tempat Anda bekerja memberi fasilitas kesehatan, segera lakukan
reimbursement setelah Anda melakukan pengeluaran. Jika Anda menunda klaim, uang
Anda bisa dianggap hangus.
Alasan nomor satu mengapa orang tua membutuhkan surat wasiat: Agar
Anda, dan bukan pengadilan atau yayasan kesejahteraan anak yang akan menentukan
wali bagi anak-anak Anda. “Saya sering melihat pertengkaran antara mertua,
saudara kandung, sepupu bahkan kerabat dekat yang memperebutkan hak asuh anak,”
ujar Robin Giles, financial planner di Laguna Niguel, California.”Adalah
langkah yang lebih cerdas untuk membiarkan semua orang tahu keinginan Anda saat
Anda masih hidup.”
Hal yang tidak kalah penting adalah mendirikan dana perwalian yang
menjelaskan kapan anak Anda bisa mendapatkan dan mengelola sendiri warisan
orang tuanya. Tanpa dana perwalian yang jelas, anak-anak akan otomatis menerima
dana tersebut saat mereka berusia 18 tahun. “Ini adalah jumlah uang yang
terlalu banyak dan terlalu cepat untuk dikelola oleh anak berusia 18 tahun,”
ujar financial planner Chris Cooper di Toledo, Ohio.
Pilihan terbaik adalah berkonsultasi
dengan pengacara untuk membuat wasiat dan dana perwalian yang tepat. Penasaran
ingin mengetahui seperti apa bentuk surat wasiat? Coba program Quicken
WillMaker Plus di komputer Anda.
Kesalahan # 4
Melakukan Pemborosan dalam Keuangan
Saat Anda baru saja menjadi orang tua, akan ada banyak tuntutan pemenuhan
kebutuhan hidup seperti memberi makan anak-anak, pakaian dan hiburan. Sangat
sulit rasanya mencari waktu untuk duduk sejenak dan mencatat besarnya
pengeluaran setiap bulan. Padahal tindakan ini sangat perlu. Anda harus
memastikan bahwa Anda tidak melakukan pembelanjaan yang lebih besar dari
pendapatan Anda. “Anda juga harus bisa mengerem keinginan untuk membeli
berbagai barang yang sebenarnya tidak perlu, seperti keranjang tidur yang mahal
atau stroller dari designer ternama.” Ujar Miller. “Bayi Anda tidak akan peduli
terhadap hal ini.”
Para ahli keuangan setuju bahwa akan sangat sulit untuk bisa menstabilkan
keuangan saat Anda sudah terlilit banyak hutang. “Banyak para ibu baru yang
memutuskan untuk berhenti bekerja, lalu menghamburkan uang mereka membeli
berbagai barang mahal bagi si bayi dengan anggapan bahwa mereka akan bisa
menyimpan uang saat kembali bekerja beberapa tahun kemudian,” ujar Miller.
“Tapi kemudian mereka menyadari bahwa hal ini tidak akan terjadi karena biaya
hidup naik setiap tahunnya.”
Adalah hal yang sangat penting bagi ibu rumah tangga untuk mengatur
keuangan keluarga dengan baik. “Kebanyakan wanita merasa mereka tidak berhak
untuk membuat keputusan dalam hal keuangan karena mereka bukan sumber
pendapatan keluarga,” ujar Mary Claire Allvine, financial planner di Atlanta.
“Sesungguhnya, baik suami maupun istri harus ikut terlibat dalam perencanaan
keuangan keluarga yang bisa membantu Anda berdua mencapai keamanan finansial di
kemudian hari
sumber : http://parentsindonesia.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar