Selasa, 11 Maret 2014

Cicilan, Apakah Menguntungkan?


Masih ingat barang apa saja yang Anda beli dengan mencicil? Rumah dan mobil merupakan dua barang yang umumnya dibeli dengan kredit dan pembayarannya dicicil setiap bulan. Namun sekarang ini, bukan hanya barang yang harganya sangat mahal yang bisa dibeli dengan mencicil. Televisi, kulkas, ponsel, bahkan blender sekalipun bisa dibeli dengan mencicilnya. Namun jangan dulu gelap mata, benarkah cicilan memang membuat kita lebih untung? Pernah terlintas dalam benak Anda apakah sebenarnya justru lebih baik membayar lunas semuanya dan tidur nyenyak karena hidup bebas utang?

Menurut Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, jika ingin mencicil sebaiknya disesuaikan dengan jenis barangnya.  “Ada barang yang sifatnya konsumtif dan ada barang produktif,” ujarnya. Yang dimaksud dengan barang konsumtif di sini  adalah jenis barang yang tidak bisa digunakan untuk menghasilkan uang kembali, seperti misalnya ponsel, mesin cuci, televisi. Sedangkan barang produktif  bisa “diputar” untuk menghasilkan uang kembali, misalnya mobil yang semula merupakan barang konsumtif jika digunakan untuk usaha toko keliling akan menjadi barang produktif.

“Barang konsumtif sebaiknya dibeli dengan tunai karena bunga yang dikenakan cukup besar. Artinya konsumen akan membayar harga yang lebih mahal dari seharusnya,” ujarnya. Ia pun mencontohkan, katakanlah untuk mencicil suatu barang senilai Rp 1.000.000, kita akan dikenakan Rp 100.000 untuk bunga. Seandainya kita membayar lunas, kita masih bisa berhemat Rp 100.000 dan justru bisa digunakan untuk membeli barang lain atau malah diinvestasikan dan berkembang.

Lakukan dengan Bijak
Bicara tentang cicilan tidak berhenti hanya pada masalah mengukur waktu atau periode cicilan, tapi juga kemampuan. Rakhmi menuturkan bahwa umumnya orang mencicil barang dengan harga yang mahal karena memang tidak mampu membayar tunai. Namun setiap orang memiliki batas kemampuan untuk membayar cicilan. “Jadi periode ideal sebaiknya disesuaikan juga dengan kemampuan mencicil. Semakin pendek waktu cicilannya, secara logika bunga yang perlu dibayarkan juga akan lebih sedikit. Tapi, jangan sampai juga memaksakan diri hingga menelantarkan prioritas lain yang lebih penting dibandingkan cicilan,” jelasnya.

Ia juga mencontohkan misalnya kewajiban orang tua yang yang harus mulai menabung untuk anak, “Tapi karena ingin sekali memiliki mobil, maka sebagian besar penghasilan malah digunakan untuk membayar cicilan mobil.” Padahal ini bisa saja disiasati dengan mengecilkan cicilan sehingga investasi untuk anak pun juga bisa dijalankan.

Cicilan 0%
Berbagai tawaran kredit kini seakan ada di mana-mana dengan syarat yang tampaknya mudah. Saat menerima tagihan kartu kredit pun, tidak jarang katalog produk yang disertakan juga membuat Anda tergiur untuk mencicil barang idaman karena memberikan penawaran cicilan 0%. Cicilan yang diklaim memberikan bunga nol persen ini biasanya tidak hanya berlaku untuk barang elektronik, bahkan juga terkadang peralatan rumah tangga. Tenor 6 bulan atau 12 bulan ditawarkan bisa dicicil tanpa bunga.

Cicilan nol persen memang bisa dipertimbangkan, tapi tentunya ada syarat dan ketentuan berlaku yang harus jeli Anda perhatikan. Rakhmi  juga menyarankan untuk tetap waspada terhadap jumlah total cicilan yang harus dibayar. Bagaimanapun cicilan akan menjadi suatu beban dan kewajiban. Ada tanggal tertentu yang tidak boleh dilupakan untuk membayar cicilannya. Kalau sampai lupa, bunga dan denda tetap berlaku. “Kemudian  bisa jadi harga si barang sebenarnya sudah dinaikkan terlebih dahulu baru kemudian bisa dicicil nol persen,” ujarnya

sumber : http://parentsindonesia.com/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar